Di tengah tuntutan zaman yang serba digital, semangat untuk terus belajar dan meningkatkan keterampilan tak pernah padam. Hal ini dibuktikan oleh Karin, Silpi, dan Lia, tiga warga belajar Paket C yang menunjukkan dedikasi luar biasa dalam perjalanan pendidikan mereka.
Setiap minggunya, selepas mengikuti kursus komputer untuk mengasah keterampilan digital mereka, ketiganya tidak langsung pulang. Mereka menyempatkan diri untuk mengunjungi Taman Bacaan Masyarakat (TBM) AIUEO, sebuah oase literasi yang menjadi sumber inspirasi bagi mereka.
Kunjungan mereka ke TBM AIUEO bukan sekadar untuk membaca santai, melainkan untuk sebuah tujuan yang mulia: mempersiapkan materi untuk tugas rutin mereka. Karin, Silpi, dan Lia aktif membuat video membaca nyaring yang harus mereka setorkan setiap minggu. Kegiatan ini tidak hanya melatih kemampuan literasi dan berbicara di depan publik, tetapi juga menjadi bagian dari upaya mereka untuk menginspirasi semangat membaca kepada masyarakat luas melalui media digital.
Di TBM AIUEO, mereka dengan tekun memilih buku-buku yang menarik dan cocok untuk dibacakan. Proses ini menunjukkan betapa seriusnya mereka dalam mengerjakan tugas, sekaligus memperlihatkan kecintaan mereka pada dunia literasi. Bagi mereka, TBM bukan hanya tempat meminjam buku, tetapi juga ruang untuk berdiskusi, bertukar ide, dan merancang konten video yang kreatif dan edukatif.
Kisah Karin, Silpi, dan Lia adalah cerminan semangat belajar sepanjang hayat. Mereka membuktikan bahwa usia dan latar belakang bukanlah penghalang untuk terus berkembang. Dengan memadukan keterampilan digital yang mereka pelajari di kursus komputer dengan kecintaan pada literasi yang mereka pupuk di TBM AIUEO, ketiganya menjadi contoh nyata bagaimana pendidikan non-formal mampu memberdayakan individu untuk menjadi pribadi yang kreatif, produktif, dan inspiratif.
